Wednesday 11 October 2017

nonton film • Pengabdi Setan (2017)

Source: Joko Anwar's instagram (@jokoanwar)
Posternya yang ini saja soalnya Tara Basro so prettyyy! Daripada foto ibu, ya kan?

The horror film that has taken Indonesia like a raging storm! Sudah cukup lama nggak nonton film di bioskop, dan sekalinya pergi nonton gue sendirian, dan memutuskan untuk nonton film ini. Jujur saja, gue kurang suka nonton film horror; they rarely impress me karena bagi gue biasanya setannya atau kejadiannya nggak mirip. Film horror yang terakhir gue nonton adalah ~The Conjuring 2~, karena teman-teman gue pengen kepoin "film Valak" dan "scene Valak yang serem banget di lorong" dan akhirnya gue terbawa peer pressure untuk ngepoin film ini bersama.

Ya gue ketawa doang sih waktu itu. Mungkin gue yang rusak, tapi scene-nya tuh lucu dan gak believable buat gue? My friends and I ended up breaking the scenes down together in the darkness of the theater and whisper obscene things to each other.

But anyway! We are here to talk about ~Pengabdi Setan~ karya Joko Anwar. Senang melihat animo masyarakat yang besar untuk film-film Indonesia sekarang. Gue nonton film ini di weekday, early afternoon, dengan prasangka kalau teaternya bakal agak sepi, tapi ternyata yang nonton banyak juga. Ada yang bawa anak-anak segala, padahal rating-nya D17 kalau nggak salah. Tapi nggak ada adegan senonoh kayak di film horror jaman-jaman 2000an awal, kok. Mungkin rating-nya karena ada gore-nya sedikit ya. Atau karena... Masalah yang membangun latar belakang karakter hantunya?

Oke, gue akan bahas film ini sebisa mungkin dengan spoiler sesedikit mungkin, ya. Dan disclaimer: Gue belum pernah nonton film aslinya Pengabdi Setan (1980) jadi ini pure review film versi 2017-nya aja dan pendapat gue setelah nonton. Gue nggak ada pengetahuan sama sekali dengan film aslinya dan plotnya dan seberapa bedanya versi 2017 ini dengan versi 1980.

(BTW denger-denger yang versi 1980 jadi cult film di Asia. Cari bioskop alternatif yang screening ah!)

Sekeluarnya gue dari bioskop waktu itu, gue sempat nge-post kesan gue tentang film Pengabdi Setan ini di Twitter:


I feel like it is really well-made. The setting is conveniently haunting, the textbook jump scares work like wonder, everyone in the theater is scared and bracing for the scary parts, it was pretty intense. Tapi yang paling gue suka adalah dinamika ceritanya yang gak melulu setan-setanan. Dialog antara cast anak-anaknya sih terutama menurut gue membantu bikin film ini jadi kayak roller-coaster, ngatur tensi supaya penonton gak tegang, terus pas semua caught off guard, scene yang seremnya dimasukin. Yang paling epic sih yang minta ditemenin pipis malam, soalnya scene lanjutannya pas gitu, kerennn parahhh! Tapi dialog favorit gue sih yang tentang micin, karena candaan itu cukup terkenal di kalangan anak muda sekarang. Long live micin jokes!


Tapi highlight dari film horror adalah bagian yang seram-seram. My favorite one is the "Loh, ibu sudah bisa bangun?" (yang jadi meme-meme lucu di Twitter, pinter banget deh promosiin filmnya) scene, karena cuma scene itu yang bikin gue bener-bener kaget. Sound-nya tahik banget dan camera movement-nya sangat pas. Diulang pula, jadi serunya dua kali. He. Scene impresif yang kedua menurut gue yang "kain putih dan pigura foto ibu". Keren deh efeknya, gimana cara bikinnya ya? Dulu gue sempat jadi kru film Tugas Akhir kakak kelas yang genre-nya horror juga, dan kita sempat mau bikin scene yang sama, tapi gagal. Di bagian ini editing beat-nya pas banget deh, gue suka! Di atas gue sempat bilang textbook jump scares, itu lebih ke arah beat-nya sih. Ketukannya pas gitu seperti yang dulu sempat gue research ketika mau coba bikin film pendek genre horror juga sama teman-teman buat tugas kampus.

Nah tapi beberapa scene seram lainnya kok kayak miss gitu ya beat-nya? Ada momen di mana gue sampai greget sendiri karena ganti gambarnya kurang cepat sepersekian detik sehingga suspense yang sudah gue rasain jadi agak turun sedikit, khususnya di scene "Toni, radio, dan sisirin rambut ibu" dan scene "Rini, mukena, dan cilukba". Padahal build-up-nya sudah asyik banget.

(Heh, penjelasan adegan macam apa barusan.)

So, other than the "ibu sudah bisa" scene, the rest of the film is actually not that scary for me. Jatohnya sih beberapa lucu absurd gitu entah kenapa, bikin nahan ketawa di bioskop karena banyak yang ketakutan. Setting-nya sangat membantu sih sebenarnya di rumah tua remang-remang sebelah kuburan, ada sumurnya pula, sehingga memang mendukung untuk menjadi lokasi cerita hantu-hantuan. Sama desain karakter hantunya juga oke. Klasik dan familiar untuk orang Indonesia, jadi mungkin terasa lebih menghantui. Gimmick-gimmick Suzanna gitu. Tapi yang tertahik adalah sound design-nya sih. Ganggu banget ih parah dah! Nggak ada apa-apa secara visual tapi audio-nya tegang. DAN LAGUNYA SI IBU ITU. Bagus! Banget!

Sama jeritannya Bondi sih melengking banget bikin kaget.

Oiya, filmnya warnanya bagus deh. Agak-agak desaturated gitu. Apa lebih enak disebut remang-remang ya? Soalnya kadang gelap-gelap gitu juga sih gak kelihatan. Tapi gue suka deh color palette-nya, kayak ada pattern warnanya gitu yang ke-notice. Biru, merah, kuning, sama putih? Mungkin ini semacam semiotik buat plot ya? Kayak Rosemary's Baby (1968)? Soalnya pattern warnanya paling keliatan di warna baju. Tapi jujur sampai di akhir film gue nggak nangkap artinya sih. Atau hanya desain palette warna dasar? Tapi bagus lah pokoknya!

Source: Tara Basro's instagram (@tarabasro)
Bukan scene dari film-nya, but I am quite sure that's one of their costumes, hahaha.

Ya kira-kira vibe-nya seperti foto itu, sih? Apa ngga? Apa gue amnesia selektif karena ibu sudah bisa bangun?

:p

Ehem. Oke, pembahasan terakhir gue adalah storyline-nya. Jujur, dengan audiovisual yang menurut gue cukup luar biasa, entah kenapa ceritanya justru agak mengecewakan buat gue. Apa karena ceritanya dipersiapkan untuk memiliki sekuel? Gue merasa ceritanya banyak bolongnya dan plot twist-nya tuh malah kayak? Hah??? Gitu. Paham gak, hehe.

Dari awal tuh berasanya prolog-nya panjang, stretchy tapi kurang jelas gitu. Mungkin karena karakter yang mau diperkenalkan banyak juga, sih. Ya ada empat bersaudara, ibunya, bapaknya, neneknya,  dan ada tambahan bapak ustadz beserta anaknya bapak ustadz. Ramai sekali, meskipun semua karakter punya fungsinya masing-masing tapi kayak ada yang penting gak penting dan berujung pada unnecessary deaths gitu? Dan btw, plot-nya bisa di-breakdown pakai myth structure! Gue baru sadar pas tiba-tiba plot twist sih, yang gue sudah pikir oh oke sudah mau tamat, tapi nggak jadi gitu dan malah shit happens. Padahal gue sudah benar-benar pikir bakal selesai soalnya filmnya rasanya sudah panjanggg sekaliii lebih panjang dari rangkaian KRL dua belas gerbong.

Ceritanya jadi membingungkan buat gue karena seperti ada sub-plot yang nyempil-nyempil, kayak Rini dan anak pak ustadz, bapak tua reporter majalah Maya, omongan bapak dan ibu di penghujung usia ibu yang nggak ke-reveal di filmnya padahal ditanya, Bondi yang mendadak emo sejak dihantui tapi mendadak normal tanpa konklusi, dan lain-lain deh. Plot twist-nya juga bukan ngagetin tapi malah bikin bingung karena the turn is too abrupt? But again, maybe all of this is a grand build-up for a sequel? Who knows? Because I sure don't. Yang gue tahu sih, saking detailed-nya cerita filmnya, gue malah jadi merasa detached dan nggak terhantui gitu. Jadi sekadar simpati saja sama keluarga itu kenapa tragis banget ya hidupnya. Mungkin harus nonton di teater 4DX agar terasa seperti menjadi Toni.

Verdict: ★★★★
Sempat baca postingan sutradaranya, Joko Anwar, di Instagram yang chat ke temannya, katanya Pengabdi Setan (2017) tidak seram dan lebih ke drama. Mungkin itu cuma omongan buat ngebujuk temannya, tapi gue setuju, sih. HAHA. Tapi buat gue filmnya recommended sih! Wajib nonton! If not for the thrill, supaya gaul saja karena yang nonton banyak banget sudah 2 juta lebih. Yakin mau ketinggalan jaman dan nggak ngerti meme ibu sudah bisa? Filmnya bagus kok, suer! Semua review yang gue tulis di atas itu subjektif karena gue memang gak terlalu affected dengan hiburan berbau horror, jadi come and meet ibu yourself!

No comments:

Post a Comment